Saya tak pernah tahu menjadi 31 ternyata begitu menyulitkan. Pikiran saya kerap dipenuhi kecemasan yang tak penting; pencapaian, masa depan, penyesalan atas waktu yang -menurutsaya- terbuang sia-sia, bayangan-bayangan yang belum nyata.
Hidup sepertinya terlalu bergegas dan saya tak mempersiapkan bekal yang cukup untuk itu. Seperti lalai membawa kotak makan ketika piknik akhir pekan. Atau seperti mendaki bukit dan diterpa kelelahan yang sangat.
Dan saya begitu merindu menulis. Tapi saya tak menulis ketika cemas. Kalimat menguap ketika sedih berkepanjangan.
Buntu
Ini hanya benang kusut yang harus diurai, pelan-pelan.
Malam ini saya putuskan:
Saya tak hendak menyerah pada hidup. Saya berjanji untuk itu… :)
Sekarang, saya benar-benar memerlukan secangkir coklat panas …
menulis itu semacam terapi; hanya dengan menulis hidup seperti bisa tertahankan.
Ayo dong nulis lagi Ta…
*semangat utk diri sendiri juga hehehe
menulis untuk berbagi. seorang penulis akan terus berkarya dalam keadaan apapun karena melalui tulisanlah ia hidup…
menulis menambah ‘nutrisi jiwa’ seperti istilah atta….:)
Bagaimana jika secangkir coklat panasmu saya tambahkan tawa lepas sepanjang malam?
Ayo dong Atta… kapan?
Mbak Atta ..
Kemana aja??
ayo semangat menulis … :)
jangan ditunda lagi..
saya juga sering putus-nyambung nulisnya
salam kenal…
semua akan kembali lagi, tta…
Kangen sama tulisan mba’ Atta…… :) cepet kembali lagi ya mba’……
situasimu mirip situasiku
mbak atta, ayo dong, menulis lagi. kangen dengan tulisan mbak atta, nih….
mb atta, semangat!!
kangen ma tulisan2nya. setuju dg menulis menambah ‘nutrisi jiwa’ :D
lalai membawa makanan ketika piknik? mmmm..
ketika piknik banyak sekali yang bawa makanan berlebih…. jadi tak perlu takut kelaparan…
oba lirik kiri kanan, teman2 piknik ada yang punya coklat panas gak….
Semangat ya mba…
Kangen tulisanmu.
Kangen tertulari semgatmu.. :)
being 31, doesnt make any difference with being 41…and the clock is ticking…life continues
hai… apa kabar??
tak menyerah………