Ini adalah kisah. Tentang sebuah kota. Tambang mas Cenderawasih. Hutan perawan. Suara burung pelatuk. Lonceng pabrik penanda jam pulang para pekerja. Stasiun. Deru kereta ekspress. Lumbung padi petani Peter. Hotel Komodo Platina. Sepasang kekasih -yang laki-laki menjuluki jantung hatinya “kucing liarku”, si perempuan tak jarang menyapa kekasihnya dengan sapaan “macan kumbangku-. Kota Goela.
Empat puluh lima tahun berlalu. Manisnya Kota Goela tak lagi tersisa. Tambang emas Cenderawasih tak lagi beroperasi. Kereta api ekspress tak singgah di stasiun. Lonceng pabrik kini senyap. Pengangguran di mana-mana. Kota Goela bangkrut.
Dan sepasang kekasih itu …
Kucing liar telah lama pergi dari Kota Goela. Empat puluh lima tahun lalu. Menikah dengan Zakanasian, laki-laki kaya. Berganti nama menjadi Klara Zakanasian. Setelah kematian Zakanasian, ia menikah lagi, dan bercerai, dan menikah lagi, dan bercerai, dan menikah lagi, dan bercerai, begitu terus hingga tujuh pernikahan (dalam kisah ini Klara masih akan menikah dua kali lagi) … Harta Klara berlimpah ruah.
Macan kumbang tetap tinggal di Kota Goela. Sehari-hari menjaga toko kelontong miliknya; Toko Serba Ada Alipredi. Menikah dengan Mathilda. Memiliki dua anak, Koral yang tampan dan Otilli yang jelita.
Hingga satu saat, kereta ekpress berhenti di Stasiun Kota Goela. Dan Ia, Klara Zakanasian, datang menjenguk kota kelahiran yang kini muram. Dan warga kota menyambut dengan suka cita, penuh harap. Ini bukan kunjungan biasa. Nyonya tua -yang tetap memancarkan kecantikan masa mudanya- itu pasti dapat membuat perekonomian di kota ini bergerak kembali, menyulap warna kota yang kelabu menjadi cerah, begitu pikir warga.
Dan benar. Perempuan kaya raya itu berkenan mengucurkan dana, 1 triliun. Ya, satu triliun, ujarnya di pesta penyambutan. Lima ratus miliar untuk kota praja, lima ratus miliar lagi dibagikan ke penduduk kota.
Penduduk Goela bersorak
Tapi …
Uang akan dikucurkan dengan satu syarat; kematian Ilak Alipredi. Kucing liar akan merogoh kocek, memberikan satu triliun, dengan satu imbalan, nyawa macan kumbang, atas apa yang ia buat empat puluh lima lima tahun lalu; menghamili dan mencampakkan Klara.
Kunjungan Cinta. Sejak tahu kalau Teater Koma akan manggung, saya sudah bersiap memesan tiket. Satu tiket, di Selasa malam, selepas deadline. Sempurna :)
Dan kunjungan ke Taman Ismail Marzuki selalu mendatangkan debar tersendiri. Entah mengapa. Setelah menghabiskan ovaltine dingin di warung langganan depan gerbang, saya segera menuju Graha Bakti Budaya.
Ini produksi ke-seratus sebelas, di usianya yang ketiga puluh. Bisa bertahan selama itu dengan tetap kreatif sekaligus produktif adalah sebuah prestasi yang ditorehkan Teater Koma di jagat budaya dalam negeri.
Dan menonton sajian sekitar empat jam yang naskahnya disadur dari karya dramawan Jerman, Friedrich Durrenmatt ini menyentil kita tentang sebuah pilihan; membunuh tapi hidup makmur atau menolak membunuh dan dibelit kemiskinan.
Butet Kertarejasa bermain sangat baik. Saya kagum akan kualitas vokalnya. Ratna Riantiarno? Ibu yang satu ini memang layak diberi tepuk tangan panjang selepas pentas. Budi Ros juga mantap. Sayang Salim Bungsu tak banyak muncul (I love him so much ;)). Dan hohoho, Rangga Riantiarno, enak dilihat dan perlu :D. Ah ya, detail panggung juga layak diacungi jempol. Bintang dari pentas itu ada di balik layar, N. Riantiarno, terima kasih telah menyuguhkan satu lagi karya yang bernas.
Apa lagi yang perlu saya tulis? Datanglah jika sempat atau … sempatkanlah untuk datang :D
—————————————-
30 Tahun TEATER KOMA (1977 – 2007).
Oleh Friedrich Durrenmatt. N. Riantiarno
Graha Bhakti Budaya Taman Ismil Marzuki (GBB TIM)
Jl. Cikini Raya no. 73, Jakarta Pusat
Tanggal: 12 – 28 Januari 2007, Waktu: 19:30 WIB
Pemesanan Tiket: TEATER KOMA
Jl. Cempaka Raya No.15, Bintaro, Jakarta 12330.
Tlp: 735 0460 – 735 9540.
Jl. Setiabudi Barat No.4, Jakarta Selatan.
Tlp: 522 4028 – 525 1066.
kok nonton sendiri Ta?
tidak bareng sama mitra srategis :)
kalau gitu, ajak si mitra nonton ulang notting hill then :)
satu tiket? hm….. *mendelik curiga*
:)) saya juga baru ngeh. kok satu tiket yah?
he.. he..
Teater Koma memang moy…mudah²an bisa nonton.
pengen banget deh nonton. Enaknya di ibukota, semua minat tersalurkan :((
maju terussssss
tes tes htttp://bimoseptyop.blogspot.com
kasih saran dong
kirain teh apa gitu tadi, tyt pementasan teater to.
iya knapa sendiri ta?.. :D
hiks.!!! Jadi ngiri, Teater Koma ndak pernah berkunjung ke Surabaya lagi…. hiks!!
Emang pengen nonton sejak minggu lalu baca review nya di kompas.. Kayanya okeh banget gitu!
Sampe kapan yak maennya? Jangan2 dah ga maen lagiii… :(
http://rievees.blogspot.com
http://bitsofrievees.blogspot.com
AHH…….mending minum teh hangat bersama keluarga….sruput…sruput….ah….nikmat…
mmh…ini masih panas pisang gorengnya..mak nyussss…..nyam..nyam…
sayah tahu kamu pasti akan nonton, itu sebab nya saya sms kamu.. cerita yang menarik, lucu, cerdas, dan tetap up to date.. khas teater koma..!! kayanya masih penasaran mo lihat sekali lagi di clossing nya nanti tanggal 28 ! mau menemani tak?
…WAJIB HUKUMNYA NONTON, JANGAN SAMPAI KETINGGALAN KERETA KE KOTA GOELA…salam budaya…
Atta, kok nggak ngajak-ngajak sih … hehehe ;p
.. MATINYA KEMANUSIAAN di kota Güllen…
membaca alinea pertama…kirain dikau abis jalan2 ke papua…hehehe
waaa…
kenapa saya baru baca tau sekarang…
padahal minggu lalu saya pulang…
-iyah, selalu ada debar tersendiri bila memasuki Taman Ismail Marzuki
nonton sendiri neng? ikut abang dangdutan yuk..
wah ada yang mau nemani saya nonton teater koma ?
plis ya bu, mbok ya kalo postingan kaya begini dari awal-awal….
sekarang pan udah mepet
Akhirnya nonton juga… walopun dgn perjuangan cari tiketnya ;p
Emang bagus banget ya Kunjungan Cinta..
Abis nulis review, jadi nyari orang-orang yg bikin review juga..
Menantikan pementasan ke-112 ya! Hehe..
Salam kenal yah. :)
Menarik. Menginspirasi untuk mulai mengapresiasi teater dan giat budaya lainnya. Salam.
bagus dan menghibur, apalagi dengan totalitas para pemain yang sangat menjiwai perannya. terima kasih.
hidup teater koma, titik!
Theater koma untuk Indonesia yang dulu dan sekarang masih KOMA, mudah-mudakan esok segera sembuh.
gak gitu suka teater ta…