“tahu jalan merak nggak? katanya deket-deket situ ya”
Pesan pendek yang masuk saat saya meletakkan ransel di kamar ini tidak saya jawab. Menjelaskan alamat dengan bahasa tulis pasti lebih rumit. Saya memilih menelepon si pengirim pesan, teman saya yang jurnalis di sebuah harian.
Lewat perbincangan telepon itu baru saya tahu, Jefri Edison Mangiri, salah satu korban dalam kecelakaan pesawat Lion Air, bertempat tinggal di Jalan Merak, tak begitu jauh dari kampung saya. Dan dari berita teman saya, yang dimuat keesokan harinya, saya jadi tahu kalau Sabtu yang cantik pekan ini semestinya akan menjadi hari bahagia untuk Jefri. Pemberkatan pernikahannya dengan Oktova Primasari, di awal Desember ini bukan tak mungkin adalah hari yang sangat dinantikannya. Tapi, Tuhan punya rencana lain.
Bandara Adi Sumarmo. Saat kuliah dulu, kawasan di seputar Adi Sumarmo dengan mudahnya mencuri hati saya. Hijau padang rumput, deru pesawat, jalan aspal yang tenang, rumah sahabat (ibu sahabat saya ini gemar memasak untuk kami, saya dan sahabat-sahabat putrinya, kami; anak kost yang gemar makan apa saja yang terhidang).
Dan kawasan bandara memiliki kenangan tersendiri. Menunggu pesawat tinggal landas yang rencananya mengisi salah satu adegan di sebuah produksi film kecil-kecilan, keamanan bandara dengan mobilnya yang menghalau gerombolan mahasiswa keren di pagar dekat landasan pacu, atau merasakan angin saat pesawat mulai terbang…. (berdirilah di pagar dekat landasan pacu, saat pesawat mengepakkan sayapnya, mendongaklah… dan kamu tepat berada di bawah perut pesawat, rasakan angin yang bercanda di wajah, amati pesawat yang kian lama kian meninggi)
Tapi, Selasa yang lalu, Adi Sumarmo menunjukkan sisi lainnya. Ia bukan lagi gelak tawa dan hijau padang rumput. Dalam gerimis, Adi Sumarmo melepas kepergian Jefri Edison Mangiri dan yang lain… dalam gerimis, Adi Sumarmo mendekap, memberi kecupan di kening, dan mengantarkan mereka pada Yang Kekal, pada keabadian.
Teriring doa untuk mereka yang pergi dalam gerimis; para korban tergelincirnya pesawat MD82 Lion Air.
Mbak Atta..
rekanku juga pergi, di petaka sore itu.. :(
turut berduka cita..
turut berduka… seringkali keindahan memang punya dua wajah ya…
Entah kenapa bulan-bulan belakangan ini begitu banyak terjadi bencana di Indonesia. Apa kita sebegitu berdosanya hingga dihujani hukuman seperti ini ?…
turut berduka…
tta,
jefri (alm) itu senior salah satu temen kantorku semasa kuliah di unpar bdg.
met wiken ya tta ^^
turut berduka…
paduan kata2nya bagus banget…
hanya sebentar, kan? hanya bbrp jam saja, kan? masih lebih lama kalo terjebak kemacetan, kan? siapa menyangka :(
turut berduka. kecelakaan yg tak diduga oleh semua orang.
ps: ada pic bayi di tempat saya.
duka kita semua saya pikir
tahu nggak Voca Euradita, paduan suara UNS, kalau saja mereka menang lomba, mungkin mereka pulangnya naik pesawat itu….. turut berduka cita
aku sekali mendarat di bandara solo. tenang sekali ya suasananya.
turut berduka cita
hanya bisa tertunduk dalam-dalam. semoga yang ditinggalkan tabah dan ikhlas.
maap, telat. turut berduka, ta
katanya, tadinya mas jeefri itu berniat mau naik kereta…
no other words.. turut berduka cita sedalam-dalamnya bagi seluruh keluarga korban yang ditinggalkan
mentioning woolen nephews customers,interpretive blinders copyright Heusen vividness
emigrating foully quickens Aldebaran censoring lurk.static Offenbach.
They free texas hold em poker